Belum ada judulnya, yang jelas, maksudku sebuah puisi
Ular melingkar-lingkar di pagar
Pupur dihambur-hambur
Gelap pekat tanpa gemerlap
Lalu kuingat:
Bandung, cimahi, padalarang,
Bocah gemblung menyak tahi pada reang.
Masa kanakku bahagia,
Meski bapak seorang tentara
Telapak kakiku panjang,
Kata orang aku kuat berjalan.
Saat masih Sembilan tahun,
Aku berjalan jauh bersama kawan
Di bulan puasa yang panas.
Air sungai yang beriak bening,
Tak menjadikan aku hilang semangat.
Gunung yang katanya bohong
Adalah sebuah bukit yang tampak megah.
Tak ada dedaunan, taka da pepohonan
Yang ada hanyalah rerumput yang kering
Masa kecilku bahagia,
Ayah memberiku berjuta kebebasan.
Sama Produk Toyota, Fortuner atau Avanza?
Semua yang membaca judul tulisan ini, pasti tersenyum dan berfikir bahwa saya gila. Orang gila saja pasti akan memilih Fortuner ketimbang Avanza. Meski keduanya sama-sama keluaran dari pabrik yang sama, Toyota, tentu para insinyurnya berbeda. Selain itu, para pekerja dan robot yang mengerjakan juga berbeda. Pasti pula para manajer control kualitas juga berbeda.
Pembuatan Fortuner tentu akan dilakukan dengan lebih bersungguh-sungguh dan berhati-hati. Bukan berarti pembuatan Avanza sekadarnya. Bahan yang dipilih untuk membuat Avanza tentu berbeda kualitasnya dengan bahan yang digunakan untuk membuat Fortuner.
Berikutnya, masyarakat yang melihat keduanya, tentu akan memilih Fortuner ketimbang Avanza. Meski pilihan akhirnya diputuskan kepada jumlah uang yang dimiliki, di luar itu orang pasti akan memilih Fortuner. Keduanya jelas beda kelas. Keduanya beda kapasitas mesin. Keduanya beda gengsinya.
Itu adalah sekadar ilustrasi, bagaimana orang menilai dua hal yang berbeda meski sama produsennya. Keduanya sama-sama mobil keluaran Toyota. Yang satu lebih bergengsi ketimbang yang lainnya. Namun begitu, saya tidak mempermasalahkan antara Avanza dan Fortuner. Yang saya inginkan adalah membahas masalah lomba menggambar dan lomba melukis.
Dalam satu kesempatan, sebuah institusi mengadakan berbagai lomba. Salah satunya adalah lomba melukis/menggambar. Ditulislah kata melukis, garis miring menggambar. Semua orang yang memmbacanya, tentu akan berpendapat bahwa lomba yang akan dilakukan adalah salah satunya, yaitu lomba melukis atau lomba menggambar. Ternyata bukan. Yang diselenggarakan adalah lomba melukis atau menggambar dengan keterangan bahwa pesserta boleh mengirimkan lukisan, boleh juga mengirimkan gambar.
Di dalam Wikipedia dijelaskan bahwa Lukisan adalah karya seni lukis yang proses pembuatannya dilakukan dengan memulaskan cat dengan alat kuas lukis, pisau palet atau peralatan lain, yaitu memulaskan berbagai warna dan nuansa gradasi warna, dengan kedalaman warna tertentu juga komposisi warna tertentu dari bahan warna pigmen warna dalam pelarut (atau medium) dan gen pengikat (lem) untuk pengencer air, gen pengikat berupa minyak linen untuk cat minyak dengan pengencer terpenthin, pada permukaan (penyangga) seperti kertas, kanvas, atau dinding. Ini dilakukan oleh seorang pelukis; dengan kedalaman warna dan cita rasa pelukis, definisi ini digunakan terutama jika ia merupakan pencipta suatu karya lukisan.
Sedangkan gambar di dalam KBBI adalah gambar/gam·bar/ n tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya pada kertas dan sebagainya; lukisan;
Di dalam KBBI, menggambar itu sinonim dengan melukis.
Di sumber belajar kemdikbud dikatakan bahwa Secara umum pengertian menggambar adalah kegiatan menorehkan pensil ataupun pewarna di atas media kertas. Sedangkan pengertian secara khusus, menggambar adalah kegiatan-kegiatan membentuk imaji, dengan menggunakan banyak pilihan teknik dan alat dengan membuat tanda-tanda tertentu di atas permukaan media dengan mengolah goresan dari alat gambar.
Keduanya jadi berbeda pada kata memulaskan dan menorehkan. Melukis identik dengan memulaskan warna, sedangkan menggambar identik dengan menorehkan pensil atau pewarna.
Dari uraian itu dalat dijelaskan bahwa sebenarnya melukis dan menggambar itu berbeda. Menorehkan pewarna dapat menggunakan pinsil, pinsil gambar, atau crayon. Sedangkan melukis, karena mumulaskan, dapat dilakukan menggunakan cat air atau cat minyak yang dikuaskan atau dipulaskan.
Kesimpulannya, lomba menggambar/melukis tidak bisa dilaksanakan karena menggambar itu berbeda dengan melukis. Toh dalam lomba itu, tim pelaksana mengatakan, peserta yang melukis menggunakan cat air nilainya lebih besar dibanding peserta yang menggambar menggunakan pinsil warna atau crayon.
Jadi, menggambar atau melukis?
HARLEY, RUBICON DAN KAUM GURU
tulisan yang beredar di grup WA ini bagus sekali. Jadi sayang jika hilang.
Hari itu Selasa, 10 Juli 2018. Di Aula Gedung Guru Indonesia. Mbak Sri Mulyani Indrawati menghardik para guru. Dengan kalimat “tidak mencerminkan apa-apa”. Bukan hanya sindiran seperti yang biasa beliau lakukan kepada kaum guru selama ini.
“Saya dulu memulai bahwa guru harus disertifikasi. Saya senang, tapi sekarang sering sertifikasi itu tidak mencerminkan apa-apa. Dia mungkin hanya prosedural saja untuk bisa mendapat tunjangan” kata Mbak Sri.
Berapa sebenarnya tunjangan para guru?
Guru non PNS hanya 1,5 juta. Guru PNS bervariasi sebesar gaji pokoknya. Berapa gaji pokoknya? Antara 2-3 jutaan.
Marahkah para guru dihardik?
Tidak. Guru guru tetap berbakti. Seperti sebelum ada tunjangan profesi. Tak ada yg mengeluh. Apalagi mengeluhkan kepada Bu Menteri.
Lima tahun kemudian, publik tahu. Siapakah sebenarnya yg tunjangannya sangat besar? Pegawai kementerian keuangan. Tunjangannya jutaan hingga puluhan juta. Itupun masih tertangkap menggelapkan pajak.
Siapakah yang hidupnya mewah berlimpah?
Pegawai pajak, bea cukai, dan orang orang kementerian keuangan. Bukan guru madrasah, bukan guru sekolah dasar, bukan.
Untuk apa tunjangan sertifikasi guru digunakan?
Untuk membiayai studi lanjut. Untuk S-2 bahkan hingga S-3. Untuk membiayai kuliah putra putrinya agar dapat mengenyam pendidikan tinggi. Untuk membongkar rumah reotnya agar layak huni.
Ada yang untuk mengganti sepeda motor honda astreanya agar lebih muda tahunnya. Untuk membeli sepatu yang sudah butut tak berbentuk. Untuk membeli laptop agar tidak ketinggalan kemajuan.
Tak terlihat guru guru itu beli Moge Harley Davidson. Lalu membuat club moge seperti orang orang pajak yg viral itu.
Tak terlihat guru guru membeli Jeep Rubicon lalu konvoi seperti orang orang departemen keuangan. Tak ada Mbak. Dan tak mungkin ada.
Sekarang Mbak Sri tahu, siapa yg tidak mencerminkan apa apa, para guru, atau kah anak buah Mbak???
Jadi Ingat akan Rasululloh Muhammad Shallallohu ‘alaihi wa Sallam Bersabda: “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu “. (HR. Bukhari No.6015 Sanadnya Shohih). Semoga bermanfaat. Barokallohu fiikum.
SaveGuru
GuruPahlawanku
Hasbunalloh Wani’mal Wakil Ni’mal Maula Wani’man Natsir
Bekasi City, Jawa Barat, 6 Maret 2023,
Dr. Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani, S.Pd, M.Pd, I, M.MPd -Hafidzhahulloh Ta’ala-
أبو فياض محمد فيصل الجوي البنتاني
(Ketua ICMI/Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia Orsat Bekasi Timur Kota Bekasi, Praktisi PAUDNI/Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal, Aktivis Pendidikan dan Kemanusiaan).
Raih Amal Sholeh…!!!, Sebarkan informasi ini sebanyak mungkin Khususnya kepada Para Pendidik/Guru
E-learning Madrasah
Ini adalah bagian paling menantang. Bagian ini adalah bagaimana cara mengadopsi digitalisasi pendidikan di madrasah.
Memang cukup banyak aplikasi pembelajaran yang gratis, maupun yang berbayar. Namun, ini, aplikasi e-learning ini gratis, namun madrasah harus sewa hosting. Sewa hosting sih tidak seberapa. Masalahnya adalah apakah setelah mendaftarkan akun e-learning dan berlangganan hosting lalu gurunya mau menggunakannya?
E-learning madrasah ini merupakan aplikasi gratis yang dibuat oleh dirjen KSKK Kemenag RI. Aplikasi ini tidak membebani hp atau laptop siswa karena tidak harus menginstal aplikasi. Aplikasi ini bisa berjalan menggunakan browser bawaan.
Saat awal pengenalan, dengan tujuan ada semangat dari para guru, kami melakukan launching penggunaan e-learning. Sambil berjalan, muncul kendala baru, yaitu traffick internet menjadi sangat besar dan internet terpasang tidak mampu lagi mengatasinya.
Untuk mengatasi masalah traffick internet ini, harus ada jalan keluar. Ditemukanlah modem orbit yang fleksibel. Fleksibel di sini maksudnya adalah dapat dipindahkan dan pembayaran beban berdasarkan pemakaian. Bukan langganan tetap.
Karena Kapala madrasah bisa memantau aktivitas guru dan siswa di e-learning, maka saya selalu berusaha menyempatkan diri untuk memantaunya. Datanyapun tetap terekam dan bisa diunduh untuk bahan evaluasi.
Dari data aktivitas terlihat guru mana yang aktif dan yang tidak. Begitu juga siswanya. Yang lebih menyenangkan lagi, guru bisa saling berbagi dalam segala hal dalam ranah pembelajaran sampai asesmen.
Ke depan, khususnya yang nyuk siswa di kelas tinggi, asesmen akan menggunakan CAT yang ada di e-learning madrasah.
Kami siap mendukung digitalisasi madrasah.
Gugur
satu-satu yang kulihat
beribu-ribu yang menjadi nyata.
kematian, tak pernah sendiri,
meski dalam dongeng para leluhur
dewa kematian hanya satu, namun bertangan banyak.
bahkan dalam kitab-kitab suci,
malaikat kematian hanya satu.
masihkan kau tak mengerti, bahwa dewa dan malaikat adalah metafora?
kematian bisa kau lihat di rumah-rumah sakit,
di jalanan, di gunung, di laut,
di sungai,
bahkan di tempat tidur dan di tempat kerja.
kemarin ada yang mati,
pagi ini ada yang mati.
baru saja kudengar ada pengumuman kematian.
ada yang mati tua, memang sudah waktunya.
ada yang mati sakit, karena memang sudah tak kuat.
ada yang muda mati, memang tak dihendakinya.
ada yang meminta mati, dan bunuh diri, itu kekonyolan.
cukupkah bekal yang dibawa untuk mati?
mestikah kita takut mati?
bukankah hidup yang penuh maksiat itu menakutkan?
meski pada saatnya maksiat itu begitu menyenangkan.
baru saja kudengar berita kematian,
dan yang mati, baru kemarin bercanda
di depan rumahnya.
1/10
Saat mengingat kekejaman manusia
MIN
Saat baru kelas satu SMP, saya berusaha mengenal semua teman satu kelas maupun berbeda kelas. Sayangnya, saya lupa seorang teman itu berasal dari kelas yang sama denganu atau berbeda kelas.
Namanya, Helmi. Anak laki-laki itu bertubuh agak gemuk namun agak pendek. Naka itu ramah dan suka tertawa. Aku pun menjadi akrab setelah berkenalan dengannya.
Awalnya aku berkenalan dengannya adalah ketika kami berkumpul di lapangan untuk upacara. Ya, hari Senin. Seorang temanku mengatakan bahwa Helmi adalah lulusan MIN. Sungguh, aku tidak tahu apa itu MIN. Meski aku tidak tahu apa itu MIN, aku tidak melanjutkannya dengan pertanyaan mengenai MIN. Yang jelas, temanku mengatakan itu dengan pandangan tidak seperti biasanya.
MIN, tetap menjadi pertanyaan di dalam hati.
Enam belas tahun kemudian, barulah aku mengerti apa itu MIN. Iya, 16 tahun. Tepatnya setelah saya merantau di Kalimantan dan menjadi guru honorer di sebuah Madrasah Tsanawiyah. Kebetulan pada saat itu, MTs tempatku menjadi honorer baru berdiri dan belum punya gedung sendiri. Sudah ada kelas, dan untuk sementara kelasnya menumpang di sebuah MIN. Iya, Madrasah Ibtidaiyah Negeri. MIN itu bernama MIN Mendawai di Kecamatan Arut Selatan, Kotaawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Sekarang, 25 tahun setelah baru mengenal MIN, saya dipercaya menjadi Kepala MIN 4 Kotawaringin Barat yang terletak tidak jauh dari rumahku.
Begitulah pemahamanku mengenai MIN.
Kaca mata
Dari sisi fungsi, tentulah kaca mata bisa sangat fungsional, artinya bisa sebagai alat bantu baca, bisa juga untuk mengurangi silau. Meski begitu, bisa saja sekadar aksesoris. Untuk gaya saja.
Berbagai model kaca mata tampaknya sekarang menjadi tren. Apalagi pengaruh dari pantulan radiasi gadget sangat berpengaruh pada kesehatan mata. Anak-anak kecil yang semestinya sehat dengan mata yang tajam, saat ini banyak terpengaruh. Kita bisa melihat di sekolah-sekolah, bahkan anak setingkat SD sudah berkaca mata.
Di tengah kemajuan ini, bisnis kacamata menjadi bisnis yang menggiurkan. Pembelajaran jarak jauh menjadikan anak harus lebih banyak dekat dengan hape, menjadikan mereka harus berkacamata. Mereka inilah pasar nyata kaca mata.
Di pasar tradisional, biasanya ada pedagang kaca mata. Biasanya yang dijual adalah kaca mata hias atau kaca mata baca untuk orang tua. Harganya murah sekitar 25 ribu sampai 30 ribu. Modelnya banyak yang mirip dengan kaca mata yang dijual di toko optik yang harganya 2 sampai 5 juta.
Dan sekarang, saya harus ganti kaca mata untuk yang kesekian kalinya.
Ada Apa dengan Anak MI?
Mungkin tidak banyak yang tahu dengan singkatan MI. Meski begitu, tentulah cukup banyak yang tahu, apa itu MI?
MI adalah sebuah lembaga pendidikan dasar di bawah lingkungan Kementerian Agama Republik Indonesia. MI adalah sebuah sekolah dasar dengan ciri khas keislamannya. Ciri khas keislaman pada lembaga pendidikan MI itu bersifat formal. Artinya, MI, atau Madrasah Ibtidaiyah itu berciri khas Islam secara fisik maupun batin. Kita bisa melihat siswa dan siswa yang mengenyam pendidikan di MI berseragam islami berupa baju lengan panjang dan rok panjang yang dilengkapi jilbab yang menutupi wajah mereka yang putri. Siswa putra semenjak kelas satu sudah mengenakan celana panjang walaupun bukan merupakan kewajiban, yang dilengkapi dengan kopiah pada hari-hari tertentu. Begitu juga dengan seragam olahraga yang berupa setelan pakaian training berupa celana panjang dan kaus lengan panjang.
Sebagai kepala MI dengan latar belakang pendidikan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, tentulah bukan seorang guru yang siap menghadapi anak-anak MI yang berusia 6 sampai 12 tahun. Iya, seumur hidup menjadi guru, saya lebih banyak menghadapi siswa setingkat SMP atau SMA. Siswa MI tentu saja berbeda jauh dibandingkan dengan siswa MTs yang setingkat SMP. Kenyataan bahwa siswa kelas 1 sampai tiga jauh berbeda dengan siswa kelas empat sampai enam saja mengharuskan guru dan kepala sekolah menghadapinya dengan cara yang berbeda.
Kenyataan itu menjadikan guru kesulitan membuat program kegiatan ekstrakurikuler. Tentu berbeda ekstrakurikuler yang tepat untuk siswa kelas rendah dan kelas tinggi. Ini istilah yang dibuat kesepakatan di antara pemangku pendidikan tingkat MI.
Saya sebagai seorang guru Bahasa Indonesia, terlalu fokus pada hasil akhir pendidikan. Program yang saya buat untuk siswa yang akan lulus berupa penerbitan buku kumpulan puisi bersama. Penyusunan buku kumpulan puisi bagi siswa MTs saja terasa sulit. Tapi, apakah itu menjadi hambatan? Bukankah beberapa seolah setingkat SD sudah menerbitkan buku?
Nah, kalau ingat yang seperti itu, saya jadi bersemangat kembali.
Kumai, 10 Februari 2022
Ada Apa dengan Anak MI?
Mungkin tidak banyak yang tahu dengan singkatan MI. Meski begitu, tentulah cukup banyak yang tahu, apa itu MI?MI adalah sebuah lembaga pendidikan dasar di bawah lingkungan Kementerian Agama Republik Indonesia. MI adalah sebuah sekolah dasar dengan ciri khas keislamannya. Ciri khas keislaman pada lembaga pendidikan MI itu bersifat formal. Artinya, MI, atau Madrasah Ibtidaiyah itu berciri khas Islam secara fisik maupun batin. Kita bisa melihat siswa dan siswa yang mengenyam pendidikan di MI berseragam islami berupa baju lengan panjang dan rok panjang yang dilengkapi jilbab yang menutupi wajah mereka yang putri. Siswa putra semenjak kelas satu sudah mengenakan celana panjang walaupun bukan merupakan kewajiban, yang dilengkapi dengan kopiah pada hari-hari tertentu. Begitu juga dengan seragam olahraga yang berupa setelan pakaian training berupa celana panjang dan kaus lengan panjang.
Sebagai kepala MI dengan latar belakang pendidikan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, tentulah bukan seorang guru yang siap menghadapi anak-anak MI yang berusia 6 sampai 12 tahun. Iya, seumur hidup menjadi guru, saya lebih banyak menghadapi siswa setingkat SMP atau SMA. Siswa MI tentu saja berbeda jauh dibandingkan dengan siswa MTs yang setingkat SMP. Kenyataan bahwa siswa kelas 1 sampai tiga jauh berbeda dengan siswa kelas empat sampai enam saja mengharuskan guru dan kepala sekolah menghadapinya dengan cara yang berbeda.
Kenyataan itu menjadikan guru kesulitan membuat program kegiatan ekstrakurikuler. Tentu berbeda ekstrakurikuler yang tepat untuk siswa kelas rendah dan kelas tinggi. Ini istilah yang dibuat kesepakatan di antara pemangku pendidikan tingkat MI.
Saya sebagai seorang guru Bahasa Indonesia, terlalu fokus pada hasil akhir pendidikan. Program yang saya buat untuk siswa yang akan lulus berupa penerbitan buku kumpulan puisi bersama. Penyusunan buku kumpulan puisi bagi siswa MTs saja terasa sulit. Tapi, apakah itu menjadi hambatan? Bukankah beberapa seolah setingkat SD sudah menerbitkan buku?
Nah, kalau ingat yang seperti itu, saya jadi bersemangat kembali.
Kumai, 10 Februari 2022
Jumpa Lagi
Beberapa tahun sudah blog saya ini tidak saya tengok. Dalam pikir, blog ini sudah dihapus.Bahkan saya sudah lupa dengan username dan password blog saya ini. Sambil dicoba-coba beberapa email dan password, akhirnya dapat ditemukan lagi. Tentu syukur saya berlimpah kepada-Nya.
Beberapa tahun saya tidak memposting sesuatu di blog ini, dan bahkan menengoknya saja tidak, tentu bukan tanpa alasan – biasalah, manusia selalu pembenaran atas apapun yang dilakukan, begitu juga saya – alasan saya adalah sibuk. Tak terasa, sejak 2020 saya mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala MTsN 1 Kotawaringin Barat. Satu tahun setengah,tapi cukup memakan energi karena kepala MTsN berarti juga menjadi PPK dan KPA. Banyak dokumen yang harus dibuat dengan bantuan tata usaha dan bendahara, kepala madrasah cukup tanda tangan saja.Tentu tidak asal tanda tangan, saya harus teliti membaca dokumen-dokumen itu.
(lebih…)
Komentar Terbaru